Muslim Lifestyle
Surat An-Nasr, Surat Terakhir Yang Turun Kepada Rasulullah
MS_W 21 November 2025 | 11 Views
MS_W

Dalam kitab Tafsir Marah Labib, jilid II, halaman 673 menerangkan bahwa surat An-Nasr disebut juga dengan surat at-Tawdi' (perpisahan) atau mengandung makna bahwa pertolongan Allah di dunia akan segera berakhir. Surat An-Nasr, surat terakhir yang turun kepada Rasulullah. surat ini merupakan surat ke 110 dalam urutan mushaf Al-Qur'an, dan termasuk surat yang paling pendek hanya terdiri dari 3 ayat.

Turunnya Surat Terakhir Kepada Nabi Muhammad SAW

Berdasarkan kesepakatan ulama, surat ini diturunkan di Kota Madinah. Selain itu, surat ini merupakan yang terakhir diturunkan kepada Rasulullah Muhammad SAW.

ذا جاءَ نَصْرُ اللهِ وَالْفَتْحُ (١) وَرَأَيْتَ النّاسَ يَدْخُلُونَ فِي دِينِ اللهِ أَفْواجًا (٢) فَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ وَاِسْتَغْفِرْهُ إِنَّهُ كانَ تَوّابًا (٣)

Artinya, “1) Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan, 2) dan engkau melihat manusia berbondong-bondong masuk agama Allah, 3) bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya Dia Maha Penerima tobat.”

Surat An-Nasr membicarakan tentang kemenangan Rasulullah dan umat Islam dalam peristiwa Fathu Makkah yang ditunjukkan dengan masuknya orang-orang Arab dan non-Arab ke dalam agama Islam secara berbondong-bondong.

Kemenangan ini adalah bukti nyata pertolongan Allah kepada umat Islam. Oleh karenanya, umat Islam dianjurkan untuk bertasbih dan memohon ampun kepada Allah.

Baca Juga : Haji 2026, Ada 9 Poin Regulasi Yang Diwajibkan Saudi

Jadi Penanda Perpisahan Perjalanan Dakwah

Lebih lanjut, kemenangan Islam dan perpisahan Nabi Muhammad saw terjalin erat dalam An-Nasr. Ibnu Abbas mengatakan ini merupakan surat Madaniyah terpendek yang terdiri dari tiga ayat, tiga puluh dua kata, dan sembilan puluh tujuh huruf. Di satu sisi, surat ini mengabarkan kemenangan gemilang, sementara di sisi lain, ia seolah menjadi lonceng perpisahan, menandai akhir perjalanan dakwah beliau dan awal mula perjuangan umat Islam sepeninggalnya.

Mengutip dari nu.or.id. Syekh Nawawi al Bantani dalam kitab Tafsir Marah Labib, Jilid II, halaman 673 bahwa surat ini menceritakan peristiwa penaklukan kota Makkah [Fath Makkah] oleh Rasulullah saw dan para sahabat. Sebelum Fathu Makkah, Rasulullah menerima kedatangan Abbas dan Abu Sufyan yang dalam pertemuan tersebut Abu Sufyan berikrar untuk masuk Islam. Pada masanya, Abu Sufyan adalah salah satu pemimpin kaum kafir Quraisy. Awalnua ia adalah musuh Rasulullah. Tetapi, setelah melihat kekuatan dan kemenangan Islam, ia akhirnya masuk Islam.

Kemenangan Mekkah Kota Kelahiran Nabi

Menurut Profesor Quraish Shihab dalam kitab Tafsir Al-Misbah, Jilid XV, halaman 588 mengatakan para jumhur ulama, bersepakat, kata "al-fath" berarti kemenangan atas kota Makkah. Sebelumnya kota kelahiran Nabi Muhamma, pada masa itu dihuni oleh masyarakat pagan yang menyembah berhala dan menolak ajaran Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad.

Pada saat awal kemunculan Islam, kaum Musyrik Makkah merupakan komunitas sosial politik yang kuat dan berpengaruh. Mereka memiliki banyak pengikut dan sumber daya sehingga mereka mampu menghambat dan memusuhi perkembangan dan ruang gerak Islam.

Ketika Nabi Muhammad masih di Makkah, mereka sering kali melakukan penganiayaan dan pelecehan terhadap umat Islam. Mereka bahkan pernah menyiksa Nabi Muhammad dan para sahabatnya. Hal ini membuat umat Islam merasa tidak aman dan tertekan.

Rasulullah dan Umat Islam Hijrah ke Madinah

Pada tahun 622 M, Nabi Muhammad saw dan sebagian besar umat Islam hijrah ke Madinah. Hijrah ini merupakan peristiwa penting dalam sejarah Islam. Dengan hijrahnya Nabi Muhammad SAW ke Madinah, Islam mulai berkembang pesat. Setelah beberapa tahun, tepatnya bulan Ramadhan tahun ke-8 Hijriah (Desember 630 Masehi). Rasulullah saw berhasil memasuki kota Makkah tanpa pertumpahan darah. Kemenangan ini disebabkan oleh pelanggaran kaum Musyrik Makkah terhadap salah satu butir Perjanjian Hudaibiyah.

Peristiwa Fathu Makkah berawal dari perjanjian damai antara kaum Muslim Madinah dengan kaum Musyrik Quraisy Makkah yang ditandatangani pada Shulh Hudaibiyah di tahun 6 Hijriyah. Salah satu poin penting dalam perjanjian tersebut adalah kebebasan bagi suku lain untuk memilih pihak, baik bersama Nabi Muhammad saw dan kaum Muslim Madinah, atau bersama orang-orang kafir Quraisy.

Akibatnya, suku Khuza'ah bergabung dengan kaum Muslim, sementara suku Bakr memilih pihak Quraisy. Sebelum Islam datang, kedua suku ini memiliki sejarah panjang permusuhan dan pertumpahan darah. Meskipun diikat perjanjian damai Hudaibiyah, secara licik Bani Bakr memanfaatkan kesempatan untuk membalas dendam kepada Khuza'ah.

Serangan Suku Bakr Kepada Suku Khuza'ah

Suku Bakr melakukan serangan mendadak di malam hari saat suku Khuza'ah sedang berada di mata air mereka. Secara diam-diam, Quraisy pun turut membantu Bani Bakr dengan mengirimkan pasukan dan senjata. Menyadari pengkhianatan Quraisy dan Bani Bakr, beberapa orang dari suku Khuza'ah bergegas menemui Nabi Muhammad saw di Madinah untuk mengabarkan hal tersebut. Atas dasar pelanggaran tersebut, Rasulullah saw mengumpulkan pasukan Muslim yang terdiri atas sepuluh ribu orang untuk menuju ke Makkah dan membebaskannya dari kemusyrikan.

Pembebasan kota Makkah memiliki pengaruh yang besar dalam kehidupan beragama dan politik. Rasulullah saw berhasil menghancurkan berhala-berhala yang terdapat di sekitar Ka'bah dan menghilangkan gambar-gambar serta patung-patung yang ada di dalamnya.

Masuknya kota Makkah ke dalam wilayah kekuasaan Islam memperbesar kewibawaan Rasulullah saw di kalangan suku-suku yang selama ini masih mempertahankan kepercayaan dan adat istiadat mereka yang bertentangan dengan ajaran Islam. Keberhasilan tersebut mengundang masyarakat umum untuk meyakini bahwa Nabi Muhammad saw adalah Nabi dan utusan Allah.

Keutamaan Surat An-Nasr

Imam Ibnu Katsir menjelaskan hadits dari sahabat Anas bin Malik mengenai keutamaan membaca Surat An-Nasr, yang merupakan seperempat dari Al-Qur'an, yaitu:

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ قَالَ لِرَجُلٍ مِنْ أَصْحَابِهِ: هَلْ تَزَوَّجْتَ يَا فُلَانُ قَالَ: لَا وَاللَّهِ يَا رَسُولَ اللَّهِ وَلَا عِنْدِي مَا أَتَزَوَّجُ؟ - قَالَ: أَلَيْسَ مَعَكَ قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ- قَالَ بَلَى- قَالَ- ثُلُثُ الْقُرْآنِ- قَالَ أَلَيْسَ مَعَكَ إِذَا جَاءَ نَصْرُ اللَّهِ وَالْفَتْحُ؟ - قَالَ بَلَى. قَالَ رُبُعُ الْقُرْآنِ- قَالَ- أَلَيْسَ مَعَكَ قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُونَ؟ - قَالَ بَلَى قَالَ- رُبُعُ الْقُرْآنِ- قَالَ- أَلَيْسَ مَعَكَ إِذَا زُلْزِلَتِ الْأَرْضُ- قَالَ بَلَى، قَالَ- رُبُعُ الْقُرْآنِ، تَزَوَّجْ تَزَوَّجْ

Artinya: Diriwayatkan dari Sahabat Anas bin Malik, bahwa Rasulullah SAW berkata kepada seorang laki-laki dari sahabatnya: “apakah engkau akan menikah wahai fulan?”, dia menjawab: “tidak, demi Allah wahai Rasulullah saya tidak memiliki apa-apa untuk menikah” Rasulullah berkata: “apakah engkau tidak hafal surat qullhu allahu ahad?” dia menjawab: “iya, hafal” Rasulullah berkata: “surat itu ialah seper-tiganya Al-Qur’an, Rasulullah berkata lagi: “apakah engkau tidak hafal surat idza jaa an-nasyrullahi wal fathi? dia menjawab: “iya, hafal” Rasulullah berkata: “surat itu ialah seper-empatnya Al-Qur’an”, Rasulullah berkata lagi: “apakah engkau tidak hafal surat qul ya ayyuhal kafirun?”, dia menjawab: “iya, hafal” Rasulullah berkata: “surat itu ialah seper-empatnya Al-Qur’an”, Rasulullah berkata lagi: “apakah engkau tidak hafal surat idza zulzilatil ardhu zilzalaha?”, dia menjawab: “iya, hafal” Rasulullah berkata: “surat itu ialah seper-empatnya Al-Qur’an”, maka menikahlah menikahlah!” (Tafsirul Qur’anil ‘Azhim, [Bairut;Darul Kutub Al-Ilmiyah, 1419 M], Jilid VIII, hlm. 440)

Waktu Turunnya Surat An-Nasr

Syekh Wahbah Zuhaili memaparkan, terdapat dua pendapat mengenai waktu turunnya Surat An-Nasr, yaitu: 1Fathu Makkah (kemenangan Kota Makah) terjadi pada bulan Ramadhan tahun 8 H. sementara surat ini diturunkan pada tahun 10 H. diriwayatkan bahwa Nabi Muhammad SAW masih hidup selama 70 hari setelah surat ini diturunkan, kemudian nabi wafat pada bulan Rabi’ul Awal tahun 10 H. oleh karena surat ini disebut sebagai Surat at-Taudi’ (Surat Perpisahan) Surat an-Nasr diturunkan sebelum terjadinya Fathu Makkah. Surat ini merupakan janji Allah SWT untuk menolong dan memberikan kemenangan kepada penduduk Makah (Az-Zuhaili,XXX/447).

Leave Reply
Comment
Sort By
User Avatar
Sedang Trending

Rekomendasi Paket Lainnya

Related Post